Rabu, 17 November 2021

INBETWEEN

Inbetween adalah gambar-gambar di antara 2 gambar pose yang menjadi kunci gerakan dalam pembuatan animasi.



     Untuk mudahnya lihat gambar di atas. Gambar berwarna merah menunjukkan pose kunci untuk gerakan melompat. Gambar-gambar berwarna biru yang terletak di antara kedua gambar berwarna merah adalah inbetween nya.

          Dalam 1 detik animasi terdapat 12 - 30 gambar tergantung media yang digunakan untuk menayangkan animasi. Karena itu seorang animator harus siap membuat paling tidak 12 gambar untuk tiap detik animasi. Dan selanjutnya menjadi 720 gambar untuk tiap menit animasi lalu menjadi 43.200 gambar untuk tiap jam animasi!! Ini pun untuk kualitas paling rendah. Untuk kualitas paling halus perlu 30 gambar tiap detik animasi sehingga menjadi 1800 gambar tiap menit animasi selanjutnya 108000 gambar dalam 1 jam animasi!!!

    Di awal masa perkembangan animasi. Film yang ditayangkan dengan format cinema ( ditayangkan di gedung bioskop ) memerlukan 24 gambar untuk ditayangkan tiap detik. Jadi dalam 1 menit ada 1440 gambar yang harus ditayangkan. Untuk animasi selama 10 menit berarti seorang animator harus membuat 14400 gambar!!

    Jika seorang animator harus menyiapkan 14400 gambar, berapa lama waktu yang diperlukan untuk membuat animasi selama 10 menit? Kalau sehari hanya bisa selesai 1 gambar berarti pembuatan animasi dengan waktu tayang 10 menit memerlukan 14400 hari untuk menyelesaikannya! Sekitar 40 tahun untuk membuat animasi 10 menit!!

   Dari perhitungan ini bisa dipahami bahwa seorang animator harus bisa membuat gambar secepat mungkin agar dalam sehari bisa menyelesaikan paling tidak 2400 gambar sehari! Dan keadaan ini benar-benar terjadi di masa awal perkembangan animasi. Seorang animator harus membuat ribuan gambar sehari agar bisa mengejar tenggat waktu 10 menit animasi tiap minggu.

    Sekitar tahun 1920 Dick Huemer yang bekerja di studio Fleischer di panggil Max dan Dave Fleischer, sang pendiri studio. Mereka mengagumi animasi karya Dick Huemer. Namun karena banyaknya pesanan, mereka minta agar Dick bisa bekerja lebih cepat lagi sehingga bisa membuat lebih banyak animasi.

   Menanggapi permintaan itu Dick meminta agar dia mendapat asisten untuk membantu membuat gambar animasi. Dengan memusatkan perhatian pada gambar pose-pose utama gerakan sedangkan gambar-gambar di antara kedua pose digambar oleh asisten, Dick memastikan kerjanya akan lebih cepat.

   Inbetween - di antara 2 gambar. Itu adalah istilah biasa. Dan orang yang membuatnya oleh Dick disebut Inbetweener. Sebuah istilah sederhana dari bahasa sehari-hari yang sangat jelas maksud dan tujuannya. Setelah melalui beberapa proses penyesuaian, Max dan Dave Fleischer menyetujui permintaan Dick. Dan lahirlah profesi membuat gambar di antara 2 gambar pose utama animasi. Dick Huemer adalah pencetus kemunculan Inbetween dan Inbetweener!

Rabu, 27 Oktober 2021

DESAIN KARAKTER

 Apa Itu Desain Karakter?

Desain karakter adalah proses visualisasi karakter yang disesuaikan dengan tema cerita. Mulai dari nama, bentuk tubuh, gaya gambar, pose, ekspresi, dan gaya busana tokoh ditentukan di sini. Gunanya supaya ada korelasi antara cerita dan gambar. Selain itu desain karakter berguna untuk menciptakan konsep penokohan yang matang. Coba kamu perhatikan tayangan “Doraemon”, “Despicable Me”, “Toy Story”. Semua karakternya dibuat melalui proses ini.

desain karakter 1

Contoh desain karakter (sumber: behance.net/SKlakina)

Proses ini bisa menjadi pegangan kamu untuk membuat karakter yang sama secara berkali-kali. Karena setiap karakter memiliki detailnya masing-masing. Apalagi kalau kamu membuat OC atau original character, kamu pasti membutuhkan cara ini. Sekarang yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana cara mendesain karakter? Gak perlu bingung lagi, karena kami akan membagikan tahapan-tahapannya khusus buat kamu. Yuk simak sama-sama!

Konsep Dasar Karakter

Sebelum membuat visualnya, tentu kamu perlu paham dulu tema dan jalan cerita. Bagaimana watak tokoh dan apa saja adegan yang ada di dalam cerita. Kalau sudah, sekarang saatnya membuat konsep dasar karaktermu. Membuat konsep dasar karakter merupakan tahap paling awal dalam perancangan desain karakter.

Langkah ini terbagi menjadi dua, yaitu dari segi fisik dan segi psikologis. 

Konsep Karakter dari Segi Fisik

1. Pilih jenis karakter

Pertama-tama kamu mesti tahu jenis karakter yang akan kamu desain. Apakah manusia, hewan, tumbuhan, atau bentuk lainnya?

desain karakter 2

Karakter Minion di dalam film animasi “Despicable Me 2” (sumber: hollywoodreporter.com)

Tidak semua karakter mesti manusia kok, semuanya tergantung dengan cerita yang kamu buat. Bisa jadi ia adalah makhluk luar angkasa atau robot canggih dari masa depan. Bahkan yang diluar nalar manusia sekalipun.Kerahkan semua imajinasi dan kreativitasmu. Carilah keunikan yang bisa menarik perhatian audiens.

2. Tentukan Jenis kelamin karakter

Ini penting banget. Kamu mesti jelas dalam menentukan jenis kelamin karakter, yaitu laki-laki atau perempuan. Supaya kedepannya kamu lebih mudah untuk menentukan bentuk tubuh, ekspresi, dan aksesoris yang dikenakan tokoh.

3. Beri nama karaktermu

Hayo, siapa nama karaktermu? Pilihlah nama yang unik agar mudah diingat oleh audiens. Nama juga disesuaikan dengan latar belakang tokoh. Misalnya ia berasal dari Korea Selatan. Selipkan nama atau istilah yang berbau budaya sana.

4. Tentukan usia

Usia tokoh akan ada hubungannya dengan ekspresi, gaya busana, dan lain-lain. Misalnya karaktermu berusia 17 tahun. Berarti dia memakai busana anak muda.

desain karakter 3

Contoh gaya busana sesuai usia karakter (sumber: behance.net/victorior)

5. Tentukan tinggi dan berat badan

Tinggi dan berat badan berkaitan dengan bentuk tubuh karakter nantinya. Misalnya dia memiliki tinggi badan 160 cm, berarti kamu bisa mendapat gambaran saat membuat sketsa.  Tinggi karakter satu dengan karakter lainnya tentu berbeda. Jangan sampai karakter A yang seharusnya lebih pendek dari karakter B malah jadi kebalikannya.

6. Warna kulit disesuaikan dengan asal karakter

Layaknya manusia, karakter yang kamu buat pasti punya latar belakang. Misalnya di dalam cerita, karaktermu berasal dari Jepang, berarti warna kulitnya lebih condong ke warna putih atau masuk ke pink tone.

Konsep Karakter dari Segi Psikologis

segi psikologisnya yaitu dilihat dari watak dan kepribadian. Umumnya ada tiga jenis penokohan, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis.

desain karakter 4

Contoh desain karakter sesuai psikologis (sumber: behance.net/claudiasouza)

Kami ambil contohnya. Misal karakter buatanmu masuk ke dalam golongan tokoh protagonis. Ia memiliki sifat yang ceria, tidak mudah menyerah, dan selalu menyemangati teman-temannya. Ini akan berkaitan dengan ekspresi, pose, gaya busana, dan aksesori yang akan dikenakan tokoh.

Misalnya, kamu bisa memberinya busana-busana cerah, mimik wajah tersenyum, dan aksesoris-aksesoris pada gayanya. Itulah kenapa kamu perlu tahu bagaimana watak dan kepribadian tokoh. Sebenarnya ada juga kreator yang memasukkan identitas lain karakter, seperti zodiak, shio, dan golongan darah. Semakin detail informasi, maka semakin bagus pula untuk pengembangan desain karakter.

Sketsa Dasar Karakter dari Bentuk Geometris

desain karakter 5

Contoh sketsa karakter dengan bentuk geometris (sumber: omimgun.pw)

Cara membuat desain karakter yang selanjutnya adalah dengan membuat sketsa dasar karakter. Sketsa ini berpatokan dari konsep karakter yang sudah kamu buat sebelumnya. Sketsa dasar dibuat dari bentuk-bentuk geometris, seperti persegi, segitiga, dan bulat. Kok pakai bentuk geometris sih? Mungkin pertanyaan itu akan muncul di benakmu.

Yap, dari bentuk geometris itu akan menciptakan visual yang disesuaikan dengan konsep fisik dan psikologis karakter. Kami buat contoh sederhana. Karakter buatanmu adalah orang yang periang dan gemar makan. Bulat adalah bentuk geometris yang cocok sebagai desain dasar karakter tersebut.

Desain Bentuk Tubuh Karakter

desain karakter 6

Contoh desain bentuk tubuh karakter (sumber: behance.net/mayumikimura)

Saatnya membuat bentuk tubuh karakter. Karena kamu sudah tahu tinggi dan berat badan karakter maka proses kreatif ini akan lebih mudah. Buat tubuh karakter dari sisi depan, belakang, dan samping. Gunakan garis bantu agar gambar jadi seimbang dan ukurannya pas satu sama lain.

Tahap ini tentu tidak bisa dilakukan dengan ssistem SKS alias Sistem Kebut Semalam. Akan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk membuat gambar yang pas. Tidak perlu buru-buru, siapa tahu di suatu waktu kamu menemukan ide baru dari referensi yang kamu lihat. Revisi adalah hal yang wajar kok.

Membuat Ekspresi Wajah Karakter

desain karakter 7

Contoh desain ekspresi wajah karakter (sumber: thedesignsketchbook.com)

Ekspresi merupakan alat komunikasi utama di dalam desain karakter. Dari ekspresi, audiens akan tahu apa yang sedang dirasakan si karakter. Sehingga ada ikatan emosi yang terjalin untuk menghayati isi cerita. Sekarang berdirilah di depan cermin. Buat ekspresi marah, senang, sedih, dan marah. Kemudian perhatikan setiap ekspresi yang sudah kamu buat. Bagaimana bentuk wajah kamu saat senang dan marah tentu berbeda. Raut wajah juga dipengaruhi bentuk mata, alis, hidung, dan mulut saat berekspresi. Dengan mempraktikannya sendiri, kamu jadi lebih mudah untuk mendesain karakter deh.

Buat Pose yang Beragam

desain karakter 8

Contoh desain pose karakter (sumber: behance.net/mayumikimura)

Pose akan berhubungan dengan aktivitas karakter di setiap adegan cerita. Contoh pose yang bisa kamu buat adalah saat adegan menari, makan, melompat, dan lain-lain. Buatlah pose yang dinamis supaya karaktermu jadi lebih hidup. Kerahkan semua imajinasi dan kreativitasmu. Selain pose depan belakang, jangan takut untuk membuat pose yang unik.

Pilih Gaya Busana dan Aksesoris Karakter

desain karakter 9

Contoh gaya busana dan aksesoris karakter (sumber: twitter.com/bbcdoctorwho)

Setiap karakter memiliki gaya busana dan aksesoris yang menjadi ciri khas yang diambil dari konsep psikologisnya. Perhatikan detailnya, seperti jahitan baju dan panjang pendeknya busana. Warna yang mendominasi bisa mencerminkan sifat karakter, ini berhubungan dengan psikologi warna.


Itu dia tahapan mendesain yang bisa menjadi panduanmu saat membuat desain karakter. Sekarang konsep visual karaktermu jadi jauh lebih matang deh. Selamat mendesain!

Minggu, 24 Oktober 2021

GELAP TERANG DAN WARNA

 GELAP TERANG

Unsur-unsur seni rupa berikutnya adalah gelap terang. Unsur gelap terang  sangat berkaitan dengan intensitas cahaya dan pencahayaan. Perbedaan gelap dan terang akan menghadirkan kesan mendalam atau perbedaan kontras bagi sebuah karya seni rupa. Unsur gelap terang juga akan membuat suatu karya seni rupa, terlihat semakin nyata dan detail.

Unsur gelap/terang biasanya digunakan untuk menciptakan kesan tiga dimensi atau keruangan.




Bagian yang terkena cahaya akan tampak terang dan bagian yang kurang mendapat cahaya akan tampak gelap. Perbedaan tingkat gelap ke terang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.



Sifat Gelap Terang dalam unsur Seni Rupa
Untuk sifat gelap digunakan warna hitam, dan sifat terang digunakan warna putih. Perbrdaan unsur gelap terang memberikan kesan permukaan sempit, lebar, arah dan afek keruangan. Ruang yang gelap memberikan kesan yang sempit dan berat, ruang yang terang memberikan kesan ringan, ringan dan lapang.

WARNA

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna (warna putih). Nah, pengertian warna yang ini adalah pengertian warna dalam cahaya.
Sedangkan pengertian warna dalam seni rupa, Warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda.
dan Untuk lebih mudahnya, Warna adalah pigmen dari sebuah benda.

PEMBAGIAN WARNA
Ternyata warna dibagi-bagi menjadi beberapa bagian.

       Warna primer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merahbiru, dan kuning.
dan Warna Primer bisa juga disebut sebagai Warna Pokok, Warna Dasar ataupun Warna Pertama
(Klik pada gambar untuk memperbesar)


Warna sekunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Nama lain dari Warna Sekunder adalah Warna Kedua.. :)
Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
Merah + Biru = Ungu
Kuning + Biru = Hijau
Kuning + Merah = Jingga

Warna tersier
Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.

Warna netral
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar tetapi tidak dalam komposisi tepat sama. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

PENGELOMPOKKAN WARNA
Selain dibagi-bagi.. ternyata warna juga dikelompok-kelompokkan menjadi beberapa kelompok. Yaitu Warna Kontras atau Komplementer, Warna Panas dan Warna Dingin..

1.     Warna kontras atau komplementer, adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang berseberangan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan menolah nilai ataupun kemurnian warna.
Contoh warna kontras adalah Merah-HijauKuning-Ungu dan Biru-Jingga.

2.     Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat.

3.     Warna dingin, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi simbol kelembutan, sejuk, nyaman dsb. Warna dingin mengesankan jarak yang jauh.


Fungsi dari warna itu sangat banyak.. contohnya, Kamu bayangkan saja kalau di dunia ini tidak ada warna. hanya ada Hitam dan Putih. Apakah hidup ini tidak akan sangat membosankan dan kaku.. Oleh sebab itu warna bisa menjadi menghias ataupun bisa juga warna bisa merefleksikan perasaan hati kita. Misalnya ketika kita sedang jatuh cinta, kita bisa menggunakan warna-warna yang cerah seprti Pink atau Merah Muda.. Ketika kita sedang marah kita bisa mengungkapkannya dengan warna merah..

Ketika sebuah gambar hanya diberikan hitam putih saja terlihat tidak terlalu menarik..

Sedangkan ketika gambar tersebut diberi warna, terlihat makin indah, makin cerah dan menjadi semakin menarik perhatian.


Minggu, 22 Agustus 2021

SEJARAH SENI RUPA INDONESIA

 Periodisasi Sejarah Seni Rupa Indonesia Berdasarkan Pertumbuhannya

  1. Zaman prasejarah
    Sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira abad ke-5 Masehi. Zaman ini dapat dibagi menjadi beberapa Zaman yaitu: zaman batu tua (Paleolitikum), zaman batu tengah (Mesolitikum), dan zaman batu muda (Neolitikum).
  2. Zaman logam
    Meliputi: zaman perunggu; dan zaman besi. Zaman tembaga tidak ditemukan di Asia, termasuk di Indonesia.
  3. Zaman purba
    sejak datangnya pengaruh India, yakni pada abad-abad pertama tarikh Masehi sampai lenyapnya kerajaan Majapahit (sekitar 1500 M).
  4. Zaman madya
    Sejak datangnya pengaruh Islam di Indonesia, yakni menjelang akhir zaman Majapahit sampai akhir abad ke-19.
  5. Zaman baru
    Sejak masuknya anasir-anasir Barat dan teknologi modern Indonesia, yakni kira-kira tahun 1900 Masehi sampai saat ini.

Periodisasi Sejarah Seni Rupa Indonesia Berdasarkan Ciri Peninggalannya

  1. Seni rupa Prasejarah
  2. Seni rupa Hindu-Budha
  3. Seni rupa Islam
  4. Seni rupa modern

Sejarah Seni Rupa Indonesia

Sejarah Seni Rupa Prasejarah

Pembagian seni rupa prasejarah di Indonesia dibedakan atas dua periode, yaitu zaman batu dan zaman perunggu. Pembabakan tersebut didasarkan atas kemampuan teknik dan teknologi masyarakat prasejarah tersebut. Terutama dalam menciptakan alat-alat yang diperlukan dalam mendukung kelangsungan hidupnya.

Hal ini ditunjukkan dengan bukti artefak-artefak yang mereka tinggalkan. Zaman batu atau disebut juga zaman Megalitik yang terdiri dari:

  1. Zaman batu tua (Paleolitik).
  2. Zaman batu tengah (Mesolitik).
  3. Zaman batu muda (Neolitik).

Kehidupan Zaman Prasejarah

Manusia hidup di masa Prasejarah dalam jangka waktu yang sangat panjang. Pada masa ini hidup manusia belum terlalu bergantung ke peralatan (gawai) seperti sekarang. Namun manusia sudah mulai membuat alat-alat yang dapat membantu menjalani kehidupnya di dunia.

Namun, alat-alat yang dibuat masih sederhana dan menyerupai bentuk bahan mentahnya. Misalnya alat untuk mencari umbi-umbian sebagai bahan makanan atau alat untuk berburu. Alat-alat tersebut dibuat menggunakan batu yang di pecahkan, tulang binatang yang diasah, dsb.

Kehidupan manusia pada masa ini juga belum sepenuhnya menetap, mereka masih berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung pada situasi dan kondisi setempat atau biasa disebut dengan istilah nomaden. Jika tempat tinggal mereka sudah tidak subur lagi atau buruan disana habis, maka mereka akan pindah dan mencari tempat tinggal baru.

Tempat singgah yang digunakan di masa ini hanyalah sebatas gua atau dataran terbuka yang terbebas dari ancaman binatang buas.Di masa nomaden ini sering terjadi hal yang tidak diinginkan, terutama untuk anak-anak dan wanita.  Sering di temukan rangka manusia yang terpisah jauh dari temuan lainnya, yang berarti adalah beberapa korban dalam perjalanan jauh ketika berpindah.

Sayangnya manusia prasejarah belum mampu membuat rumah sebagai tempat tinggal tetap yang aman. Sehingga pada umumnya mereka tinggal di gua untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ketika mulai menetap di gua inilah, aktivitas manusia dalam membuat berbagai karya juga mulai bertambah, seiring kebutuhan yang meningkat untuk menciptakan alat-alat pertanian sederhana, ritual, dsb. Pada akhirnya manusia mulai menemukan logam dan mengetahui cara mengolahnya. Bahkan lama-kelamaan logam mulai menggeser kedudukan batu, yang pada akhirnya hanya berfungsi sebagai benda pusaka saja dan kehilangan nilai praktis.

Karya Seni Rupa Prasejarah

Salah satu peninggalan yang paling kuno dari kesenian Indonesia adalah lukisan pada dinding gua-gua, seperti yang ditemukan di Papua, di Kepulauan Kei dan Seram hingga di Sulawesi Selatan. Lukisan-lukisan tersebut antara lain berupa cap telapak tangan dan telapak kaki, gambar-gambar manusia yang sederhana, gambar-gambar binatang seperti babi hutan, cecak, kadal, kura-kura, kerbau, dan lain sebagainya.

Di beberapa gua di Indonesia yang telah disebutkan di atas terdapat bahkan terdapat gambar telapak tangan dengan jari terpotong (tidak utuh). Ada pula gambar seekor binatang yang tampak sedang diburu dengan menggunakan tombak. Van Heekeren, seorang arkeolog yang meneliti gua-gua di dekat Maros Sulawesi Selatan menyatakan bahwa lukisan babi hutan tertombak panah maupun ratusan  gambar tangan yang terdapat di sana diduga telah ada sejak tahun 2000 sebelum Masehi, bersamaan dengan berkembangnya kebudayaan Toala.

Sedangkan pakar lain seperti Dr. Josef Roder yang melakukan penelitian di daerah Papua menemukan lukisan-lukisan disana telah ada dari sejak 1000 tahun sebelum Masehi. Beberapa diantaranya bahkan baru dibuat 3-4 abad yang lalu.

Beberapa peninggalan artefak terpenting dari seni rupa prasejarah Indonesia antara lain:

  1. Kriya batu: Kapak genggam
  2. Kriya tanah liat / gerabah (Mesolitik-Neolitik)

    Contoh karya seni rupa prasejarah indonesia
    Contoh karya seni rupa prasejarah indonesia

  3. Lukisan dinding gua (Mesolitik-Megalitik)

    Lukisan prasejarah di Gua Sulawesi: Orang sedang berlayar di laut. .Seni Rupa Indonesia dalam Masa Prasejarah, Soedarso Sp.
    Lukisan prasejarah di Gua Sulawesi

  4. Bangunan megalitik (menhir, dolmen, sarkopak).

    contoh dolmen prasejarah
    contoh dolmen prasejarah

  5. Ragam hias prasejarah yang menyatu dengan benda kriya
Peninggalan Seni Rupa Prasejarah di Sulawesi Selatan

Salah satu peninggalan tertua di Indonesia bahkan di dunia berada di Sulawesi Selatan, tepatnya di Leang Timpuseng. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kerjasama Pusat Arkeologi Nasional, Balai Arkeologi Makassar, BPCB Makassar, University of Wollongong dan Universitas Griffith sepanjang tahun 2011-2013 menunjukkan bahwa stensil tangan yang berada disana berumur 39.900 tahun. Disana juga ditemukan lukisan babirusa betina yang usianya tidak kalah tua, yaitu 35.400 tahun.

Contoh seni rupa prasejarah Stensil/Cap tangan di gua sulawesi
Contoh seni rupa prasejarah Stensil/Cap tangan di gua sulawesi
Tradisi Megalitik

Tradisi megalitik muncul setelah adanya tradisi bercocok tanam, atau masa neolitik. Biasanya bangunan megalitik dipergunakan sebagai sarana pemujaan. Pemujaan tersebut didasarkan atas kepercayaan mengenai adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Manusia prasejarah mempercayai adanya pengaruh kuat dari roh orang yang telah meninggal terhadap kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

Karena itu, jasa dari seorang kerabat yang telah meninggal seringkali diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar, yang kemudian dianggap sebagai medium penghormatan (ritual), tempat bersemayam roh dan sekaligus sebagai lambang si mati (Wahyono dkk., 1991: 29).

Bentuk-bentuk bangunan megalitik tersebut berupa menhir, meja batu, dll. Bentuk-bentuk peninggalan monumental megalitik di Indonesia diwarnai oleh batu yang berkaitan dengan pemujaan maupun upacara-upacara penguburan. Walaupun tradisi ini sudah hampir punah, namun beberapa daerah di Indonesia seperti Nias, Toraja, Flores, dan Sumba masih menjalankannya.

Contoh Karya seni zaman Perunggu

Gelombang perpindahan kedua dari daratan Asia ke Nusantara pada 500 tahun sebelum Masehi membawa serta kebudayaan perunggunya ke tempat tinggal mereka yang baru. Hal ini meninggalkan banyak peninggalan sejarah seni rupa baru di Indonesia. Peninggalan artefaknya antara lain:

  1. Kria Perunggu/Seni Dongson (genderang perunggu)
  2. Kapak perunggu
  3. Patung perunggu
  4. Ragam hias Prasejarah/Tradisi pada karya perunggu
Gong nekara selayar, contoh benda seni perunggu prasejarah
Gong nekara selayar, contoh benda seni perunggu prasejarah
Ciri-ciri seni rupa prasejarah Indonesia

Untuk mempermudah pemahaman karya seni di zaman ini sebaiknya kita mengetahui ciri-ciri dari objek seni yang ditemukannya. Adapun ciri-ciri tradisi seni hias Indonesia yang bersumber dari seni  prasejarah itu sendiri, antara lain:

  1. Kecenderungan untuk menggunakan bentuk flora dan fauna yang menimbulkan kesan dekoratif sesuai dengan lingkungannya yang agraris.
  2. Menampilkan bentuk-bentuk ornamen geometri (meander, swastika, tumpal, pilin, pilin berganda, lingkaran, dan sebagainya).
  3. Kecenderungan menampilkan motif-motif hias perlambangan (simbolis) sesuai dengan pandangan hidup religi yang masih kosmis-magis.
  4. Kecenderungan pada penggunaan warna dasar sesuai dengan lingkungan alam dan pandangan kepercayaan.

Sumber inspirasi yang banyak dimanfaatkan sebagai objek seni antara lain burung sebagai lambang roh manusia yang telah meninggal. Bagi masyarakat Dayak burung Enggang dianggap sebagi lambang dunia atas. Binatang reptil juga banyak digunakan, seperti buaya, kadal, ular, kura-kura dianggap sebagai lambang dunia bawah.

Kemudian,  binatang lainnya adalah kuda, kerbau, dan gajah sebagai kendaraan roh orang yang telah meninggal. Kerbau juga dapat disebut sebagai lambang kesuburan, dan penolak bala. Berbagai ciri seni hias prasejarah ini menjadi dasar dari tradisi seni Indonesia yang berpengaruh pada zaman berikutnya, yaitu periode Hindu-Budha atau bisa di sebut zaman klasik.

Sejarah Seni Rupa Klasik (Hindu-Budha)

Berdasarkan  peninggalan arkeologisnya, zaman klasik di Indonesia dapat dibagi menjadi dua periode, yaitu:

  1. Zaman Klasik Tua yang berkembang antara abad ke-8—10 M
  2. Zaman Klasik Muda yang berkembang antara abad ke-11—15 M

Kedua zaman itu berkembang di berbagai wilayah nusantara, termasuk Jawa, Sumatera dan Bali, namun bukti arkeologi dalam zaman Klasik Tua banyak didapatkan di wilayah Jawa tengah. Karena itu terkadang beberapa ahli menyebut zaman klasik ini juga dengan Zaman Jawa Tengah.

Penyebutan itu sebetulnya kurang tepat. Seperti yang telah dibahas diatas bahwa pembagian zaman harus berdasarkan pada kronologi waktunya, bukan banyak temuannya. Pembagian Zaman Klasik yang didasarkan pada kronologi peninggalan tersebut untuk memperluas cakupan kajian, jadi tidak melulu bicara tentang tinggalan di Jawa bagian tengah atau timur belaka (Munandar 1995: 108).

Perkembangan Zaman Seni Rupa Klasik Indonesia

Masa Sejarah (Paskasejarah, lawan dari Prasejarah) di Indonesia dimulai setelah ditemukannya bukti prasasti-prasasti awal (bertarikh sekitar abad ke-4 M) ditemukan di wilayah Kutai, Kalimantan Timur yang menyebut nama raja Mulawarman dan Jawa bagian barat yang menyebutkan Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya Purnnawarmman.

Prasasti-prasasti itu menggunakan aksara Pallava dengan bahasa Sansekerta (Suleiman, 1974: 14—15);  sedangkan nafas keagamaan yang terkandung dalam prasasti-prasasti tersebut bercorak Veda kuno, masih belum memuja Trimurti. Dalam masa sejarah itulah pengaruh kebudayaan India mulai datang dan berkembang secara eksklusif di beberapa bagian Nusantara.

Namun kedepannya pengaruh kebudayaan India awal yang menyebarkan ajaran Veda-Brahmana tersebut tampak kurang diminati lagi oleh masyarakat nusantara. Runtuhnya kerajaan Tarumanagara di Jawa Barat juga ikut mempengaruhi hal ini.

Tidak ada lagi yang meneruskan ritual Veda Kuno yang didominasi oleh kaum Brahmana. Justru muncul kerajaan baru yang bernafaskan Hindu Trimurti di wilayah Jawa Tengah pada abad ke-8 M. Kerajaan itu adalah Mataram Kuno yang membangun Prasasti Canggal pada tahun 732 M.

Dalam prasasti itu dinyatakan nama raja yang menitahkan pembangunan prasasti, yaitu Sanjaya. Nafas keagamaan yang cukup kentara dalam prasasti itu adalah Hindu-saiva, karena bait-baitnya banyak memuliakan Siva Mahadeva (Poerbatjaraka 1952: 53—55).

Bersamaan dengan masuknya pengaruh Hindu-saiva, datang pula pengaruh agama Buddha dari aliran Mahasanghika (Mahayana) ke tengah-tengah masyarakat Jawa Kuno. Akhirnya di Jawa bagian tengah antara abad ke-8—10 M berkembang 2 agama besar, yaitu Hindu-saiwa (Hindu-saiva) dan Buddha Mahayana yang berasal dari India.

Dalam perkembangannya banyak dihasilkan berbagai bentuk kesenian, seni yang masih bertahan hingga sekarang adalah bukti-bukti seni rupa yang berupa arca dan relief serta dan karya arsitektur bangunan suci.

Karya Seni Rupa Zaman Klasik (Hindu-Budha)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, karya seni rupa zaman klasik Hindu-Budha didominasi oleh arsitektur religi dan ragam hias dindingnya. Ragam hias yang paling umum digunakan adalah padma teratai. Padma dapat melambangkan tahta dewa tertinggi, terbentuknya alam semesta, kelahiran Budha, kebenaran utama, tempat kekuatan hayati dan suci bagi kaum Yogin dan rasa kasih. Bentuk hias lain yang dominan adalah:

  1. Swastika yang melambangkan daya dan keselarasan jagad raya.

    contoh swastika di pura goa lawah bali
    contoh swastika di pura goa lawah bali. wikipedia.

  2. Kalamakara yang terdiri dari Kala yang melambangkan waktu, dan Makara yang berupa makhluk seperti buaya.

    contoh karya seni rupa klasik indonesia: kalamakara
    contoh karya seni rupa klasik indonesia: kalamakara, indonesiaasisee.

  3. Kinnara, berwujud manusia setengah burung yang merupakan anggota dari kelompok dewa penghuni langit.

Pengaruh zaman Hindu-Budha dalam bidang seni rupa sangat kental dalam bidang arsitektur, khususnya arsitektur pada bangunan candi. Candi di Indonesia dibedakan menjadi candi Hindu dan candi Budha.

  1. Candi Hindu,
    Arsitektur candi Hindu Indonesia memiliki gaya yang mirip hingga dengan gaya India Selatan. Misalnya Candi Syiwa Lara Jonggrang di Jawa Tengah. Candi tersebut melukiskan penafsiran masyarakat (atau setidaknya perancangnya) mengenai keadaan setempat yang terperinci, hingga ke berbagai tempat pemujaan agama Hindu yang menunjukkan ciri Syiwaisme.

    Peninggalan seni rupa hindu, candi prambanan
    Peninggalan seni rupa hindu, candi prambanan

  1. Candi Budha,
    Bangunan candi Budha, seperti Candi Borobudur, tidak memiliki gaya yang mirip dengan gaya India. Borobudur terdiri atas sepuluh tingkat konsentris. Enam tingkat paling bawah dirancang sebuah bidang persegi, sementara empat tingkat di atasnya merupakan stupa utama berbentuk lingkaran.

    candi borobudur (budha). formasimediaindonesia.
    candi borobudur (budha). formasimediaindonesia.

Seni Hias Pra-Islam

Selain kebudayaan dan ragam hias yang dihasilkan dari akulturasi India, masyarakat nusantara juga telah memiliki kebudayaan ragam hias khas yang tidak datang dari India, seperti kain batik. Awal pembuatan batik sudah dimulai sejak zaman prasejarah, kain simbut dari Priangan adalah contoh batik asli yang dibuat dari bahan kanji ketan sebagai penutup kain (Yudoseputro, 1986:96, Djumena, 1990: 86-87, Anas, 1997:15-16).

Sebutan batik yang paling tua terdapat dalam sebuah naskah Sunda yang ditemukan di selatan Cirebon dan bertanggal 1440 Saka/1518 M (Lombard, 1996: 193). Kata batik belum disebut disana, tetapi yang ada adalah kata tulis  yang sejak itu lazim dipakai untuk pembubuhan malam ke atas kain.

Selain itu disebut-sebut nama teknis dari sembilan motif, yang beberapa diantaranya terus muncul dari masa ke masa. Istilah  batik untuk pertama kali disebut dalam tulisan Eropa di Daghregister di Batavia, tertanggal 8 April 1641.

Teknik batik dapat dengan cepat menyebar di Jawa karena tekniknya berasal dari pesisiran dan pelabuhan. Batik masuk ke kerajaan Mataram, kemudian berkembang dan dibudayakan di Cirebon, Pekalongan, Yogya, Solo, dsb. Di ibukota-ibukota Jawa bagian tengah, motif dan warna batik selalu mengikuti kaidah-kaidah yang ketat. Sebaliknya di pesisir batik terus menerus diperbaharui dan mengikuti selera khas dari pengerajinnya.

Sejarah Seni Rupa Madya (Pengaruh Islam)

Pengaruh Islam terhadap seni rupa Indonesia terjadi dari hasil perdagangan yang dimulai sejak abad ke-11. Para pedagang dari Gujarat, India, adalah yang diketahui yang paling berpengaruh besar dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Mereka membangun permukiman di sepanjang Pantai Timur Sumatra dan Aceh. Selanjutnya pusat-pusat kebudayaan Islam dibangun secara bertahap di Demak dan Jepara.

Islam memberikan pengaruh kebudayaan yang besar terhadap seni rupa nusantara. Salah satu pengaruh terbesarnya adalah pandangan retrospektif terhadap kebudayaan-kebudayaan nusantara sebelum dipengaruhi oleh Zaman Klasik hingga ke Prasejarah. Motif-motif binatang dan yang berhubungan dengan kepercayaan manusia perlahan berkurang.

Hal ini disebabkan oleh usaha para pemeluk Islam untuk menyebarkan agamanya di Indonesia dihadapkan dengan permasalahan budaya masyarakat nusantara dari kepercayaan sebelumnya masih kentara. Ragam hias nusantara digantikan oleh pola hias bentuk-bentuk alam. Beberapa pengaruh terbesar Islam pada seni rupa Indonesia adalah sebagai berikut.

Pola hias bentuk-bentuk alam

Pada zaman madya kegemaran menggunakan motif hias yang bersumber pada ragam hias geometris dan ragam hias tumbuhan hadir kembali di masyarakat nusantara. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sebetulnya ragam hias geometri dan alam sudah dikenal sejak zaman prasejarah.

Namun, pada zaman Islam semacam di revive atau dikampanyekan ulang menggunakan pendekatan retrospektif terhadap budaya yang dianggap lebih Islami daripada kepercayaan-kepercayaan masyarakat nusantara sebelumnya. Motif ini selalu muncul kembali dalam perkembangan seni dekoratif Indonesia dengan pola dan susunan yang baru.

Pada masa Islam motif-motif hias geometri ini terus berkembang, sebagai bentuk penerus tradisi seni hias zaman Hindu-Budha maupun sebagai hasil pengembangannya. Hal tersebut tampak jelas pada ornamen batik yang berkembang pesat pada masa Islam.

Adanya ragam hias motif tumbuhan yang sudah lama dikenal di Indonesia sangat mudah dipahami, karena lingkungan alam Indonesia yang kaya dengan tumbuhan selalu menjadi sumber daya cipta para seniman untuk berkarya. Sesuai dengan kosmologi bangsa Indonesia, maka jenis tumbuhan yang hadir sebagai hiasan  memiliki arti perlambangan.

Pada masa Hindu-Budha arti perlambangan ini disesuaikan  dengan ikonografi dalam kesenian Hindu dan Budha. Pada masa Islam nilai-nilai perlambangan tersebut tetap dipelihara dan dikembangkan terus dalam menentukan desain ornamental melalui pandangan yang baru.

Pahatan Makam

Batu nisan gaya Gujarat ditemukan di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan Gresik. Pahatan yang digunakan berbeda dengan pahatan yang biasa ditemukan di nusantara sebelumnya. Sama seperti pola hias yang kembali banyak menggunakan bentuk-bentuk alam. Terkadang kaligrafi Islam juga digunakan.

Arsitektur gaya Islam Indonesia

Arsitektur masjid Indonesia berbeda dengan yang ditemukan di negara Islam lainnya. Masjid lama dibangun dengan mengikuti prinsip dasar bangunan kayu, dan disertai dengan pembangunan pendapa di bagian depan. Akulturasi budaya nusantara dan islam tampak jelas disini.

Selain itu juga biasanya masjid di Indonesia memiliki atap tumpang yang memberikan ventilasi, dan disangga oleh deretan tiang kayu. Masjid-masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten, Demak, dan Kudus. Bagian dalamnya dihiasi berbagai pola hias bentuk-bentuk alam seperti bunga, dedaunan, pola geometris dan kaligrafi.

masjid wapaue, salah satu masjid tertua di Indonesia
masjid wapaue, salah satu masjid tertua di Indonesia

Kaligrafi

Kaligrafi nusantara sangat dipengaruhi oleh Islam, khususnya kaligrafi Arab. Berbagai benda yang biasa digunakan untuk upacara adat di Indonesia di masa ini juga sering dihiasi oleh kaligrafi. Berbagai senjata seperti belati, tombak, dan pedang juga sering dihiasi kaligrafi.

Istana juga kini dihiasi oleh kaligrafi. Wayang juga sering dihiasi oleh kaligrafi untuk menyamarkan bentuk manusianya. Arab gundul juga sempat menjadi aksara yang cukup dominan digunakan sebagai tulisan sehari-hari masyarakat nusantara.

Batik Islam

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, batik sebetulnya telah ditemukan dari masa prasejarah. Namun pada Seni Rupa Madya inilah perkembangannya mulai melaju pesat. Karena berkembang pada masa ini pula, batik juga ikut dipengaruhi oleh budaya islam.

Ragam hias ilmu ukur yang sering dijumpai pada atik seperti tumpal, banji, meander, swastika dan motif pilin mulai ditinggalkan. Digantikan oleh  motif flora seperti bunga, bentuk buah, dan dedaunan.

Sejarah Seni Rupa Modern

Disini Indonesia telah terbentuk sebagai koloni Belanda dan masih bernama Hindia-Belanda. Perjalanan seni rupa modern Indonesia terbata-bata dibawah penjajahan VOC. Meskipun begitu program kolonialisasi Belanda berhasil mencetak setidaknya satu orang yang diketahui merintis seni rupa di negeri ini. Periode itu kemudian menstimulus periode seni rupa modern lainnya. Periode-periode seni rupa modern tersebut adalah sebagai berikut.

Periode Perintis (1826-1880)

Perkembangan periode perintis diawali oleh seniman legendaris Indonesia, Raden Saleh. Berkat pengalamannya dan pendidikan melukisnya di luar negeri seperti di Belanda, Perancis, dan Jermania ia dapat merintis kemunculan seni rupa Modern di Indonesia. Lukisannya bernafaskan aliran Romantisisme. Aliran yang sedang berkembang pesat di masa itu. Biografi dan contoh karya Raden Saleh dapat disimak disini.

Periode Indonesia Jelita (Mooi Indie)

Masa ini merupakan kelanjutan dari periode perintis, setelah berakhirnya periode perintis karena meninggalnya Raden Saleh. Nama besar yang muncul di periode ini adalah Abdullah Surio Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah. Pelukis Indonesia lainnya juga ikut bermunculan seperti Sunoyo, Suharyo, Pringadi, Henk Ngantung, Wakidi, dll. Periode ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena Senimannya banyak melukiskan tentang kemolekan atau keindahan alam Hindia-Belanda.

Karya penting Periode Indonesia Jelita:
  1. Abdullah SR: Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah, Dataran Tinggi di Bandung
  2. Pringadi, melalui lukisan Pelabuhan Ratu
  3. Basuki Abdullah: Pemandangan, Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali

Contoh lainnya dapat dipelajari melalui: biografi dan contoh karya lukis Basuki Abdullah disini.

Periode PERSAGI

Pada periode ini, Indonesia sedang berjuang untuk mendapatkan hak kemerdekaannya dari Belanda. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, begitu pula dalam bidang kesenian yang sedang berusaha mencari ciri khasnya, yaitu Seni Rupa Indonesia. Salah satu seniman besar yang dikenal memiliki kontribusi tinggi adalah S. Sdjojono. Ia merasa tidak puas dengan periode seni Jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda tanah air.

Sebagai langkah pergerakannya S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama rekan-rekannya yang lain mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan untuk mengembangkan seni rupa di Indonesia dengan mencari gaya Indonesia asli. Konsep persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar keahlian melukis, melainkan melukis dengan tumpahan jiwa.

Karya-karya penting PERSAGI:
  1. Sudjojono: Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan dan Bunga kamboja
  2. Agus Jayasuminta: Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana
  3. Otto Jaya: Penggodaan, Wanita impian
seni rupa modern indonesia di depan kelambu terbuka oleh Soedjojono. lukisanku.id
seni rupa modern indonesia di depan kelambu terbuka oleh Soedjojono. lukisanku.id

Periode Pendudukan Jepang

Kegiatan seni rupa pada masa ini di dominasi oleh kelompok Keimin Bunka Shidoso. Kelompok ini membawa misi propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya yang di inisiasi oleh Jepang. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan dibantu oleh seniman Indonesia seperti Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung.

Namun masyarakat kita juga tidak berhenti berjuang sendiri, kelompok asli Indonesia mendirikan PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah tokoh empat serangkai yaitu: Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur. Seniman yang khusus menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis yang ikut bergabung dalam PUTRA diantaranya adalah: Hendra Gunawan, Sudarso, Barli, Wahdi, dll.

Periode Akademi (1950)

Periode ini memulai pengembangan seni rupa Indonesia melalui pendidikan formal. Lembaga Pendidikan yang bernama ASRI berdiri tahun 1948 kemudiaan secara formal tahun 1950 Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan calon guru seni rupa di Indonesia. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka program Seni Rupa ITB, kemudian dibuka jurusan pendidikan seni rupa disemua IKIP (Institut keguruan dan ilmu pendidikan) diseluruh Indonesia.

Periode Seni Rupa Baru

Di sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis yang dipelopori oleh Jim Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria, dkk. Kelompok ini menampilkan gaya baru dalam seni lukis Indonesia yang terpengaruh oleh keilmuan seni modern barat. Kelompok ini berusaha untuk membebaskan diri dari batasan-batasan seni rupa yang telah ada.  Konsep kelompok ini adalah:

  1. Tidak membedakan disiplin seni
  2. Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni
  3. Mendambakan kreatifitas baru
  4. Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan
  5. Bersifat eksperimental

Referensi

  1. Soedarso SP. (1990/1991). Seni Rupa Indonesia dalam Masa Prasejarah
  2. Soekmono. (1993). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 2, 3 Yogyakarta: Kanisius.
  3. Munandar, A.A. & Yulianto, K. (1995). Research Report: Arsitektur Gua sebagai Sarana Peribadatan dalam Masa Hindu-Buddha. Depok: Universitas Indonesia.
  4. Yudoseputro. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung : Angkasa
  5. Djumena, Nian S. 1990. Batik Dan Mitra (Batik And Its Kind). Jakarta: Djambatan
  6. Anas, Biranul. 1997. Indonesia Indah “Batik” Buku ke-8. Jakarta: Yayasan Harapan Kita, BP3 Taman Mini Indonesia Indah.